|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 20 Juni 2017

Mengapa Tidak Mencelakai Diriku

 


KEBAJIKAN ( De 德 )Seorang wanita muda dari Indonesia bernama Epel sedang bertamasya seorang diri ke Australia. Epel begitu menikmati setiap rute perjalanan, menginap dari satu penginapan ke penginapan lain sekadar untuk berganti suasana.

Suatu malam, saat waktu menunjukkan pukul sembilan, setelah menikmati panorama pantai yang berhiaskan rembulan, Epel berjalan menuju ke hotel kecil tempatnya menginap.

Saat itu, wanita muda yang berparas manis dan berdagu indah itu, mengambil jalan pintas, rute yang lebih pendek, menuju hotel penginapannya. Jalan kecil ini baru diketahuinya tadi siang, saat diberitahu oleh pemilik rumah makan tempatnya bersantap siang, milik orang Indonesia. Jalan yang dilaluinya terlihat sepi dan agak temaram. Sedikit sekali orang berlalu lalang saat hari menjelang malam.

Hatinya mulai gelisah. Rasa takut mulai menyelimuti kalbunya. Ingin rasanya bagi Epel untuk memutar kembali ke jalan besar yang dilalui banyak kendaraan. Namun, dia sudah terlanjur jauh berjalan menyusuri jalan kecil ini. Hampir setengah jalan. Akhirnya dengan membulatkan tekad, Epel berupaya melangkah terus.

Tiba-tiba dari jarak sepuluh meter tempatnya berdiri, terlihat seorang pria brewokan sedang memegang botol minuman keras. Pria bertopi coklat itu sedang bersandar di sebuah dinding bangunan tua.

Rasa takut kembali menerpa dirinya. Hatinya gelisah, jantungnya berdegup dengan sangat kencang dan kaki tangan Epel terasa mulai gemetaran.

Epel ingin sekali berlari sekencang-kencangnya meninggalkan jalan kecil ini. Namun dia berpikir, jikapun pria tersebut berniat jahat kepadanya, walaupun sudah berlari sekencang apapun, pria tersebut pasti dapat mengejarnya.

Apa mau dikata, jalan sudah ditempuh dan semua harus dihadapi. Hanya dengan memanjatkan doa, Epel berharap dapat dijauhkan dari musibah yang tidak diinginkannya.

Dalam setiap langkahnya, Epel selalu membacakan kalimat doa, memohon bantuan kepada Tuhan untuk keselamatan dirinya. Mulut Epel tidak berhenti berkomat-kamit membacakan doa.

Tanpa terasa, posisi Epel telah berada tepat di depan pria asing tersebut. Dengan sedikit lirikan, Epel melihat ke arah pria itu, yang terus menerus memandang ke arahnya tanpa berkedip. Namun, belum ada tanda-tanda pria itu bergeser dari tempatnya.

Hingga beberapa rumah petak sudah terlewati, Epel masih dapat merasakan tatapan penuh misteri dari pria itu. Untung saja, setelah berada di penghujung jalan kecil yang pengap, sempit dan gelap itu, ternyata pria tersebut sama sekali tidak melakukan sesuatu hal yang membahayakan dirinya.

Dengan masih menyisakan sedikit rasa takut, Epel tiba di depan hotel. Keringatnya bercucuran membasahi bajunya. Di dalam kamar, Epel berendam dalam air panas cukup lama, sembari berpikir, apa yang akan terjadi apabila pria itu benar-benar berniat melakukan tindakan kriminal kepada dirinya. Barangkali saja, kehormatannya akan terenggut, atau mungkin lebih sadisnya, dia bakal terbunuh.

Keesokan paginya, saat menikmati sarapan pagi, Epel terhenyak melihat sebuah berita di televisi tentang tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang pria mabuk.

Sosok pria yang ditampilkan di televisi bukanlah seorang yang asing lagi. Walaupun melewati jalan yang gelap semalam, namun Epel masih dapat melihat dengan jelas paras wajah pria tersebut.

Naluri keingintahuannya muncul, saat melihat begitu dekatnya waktu peristiwa pemerkosaan dengan waktunya berada di lorong semalam. Hanya selisih beberapa menit saja. Epel berniat mengunjungi pria tersebut yang saat ini berada di kantor polisi setempat.

Sesampainya di kantor polisi, Epel menceritakan semua yang telah dialaminya semalam, lengkap dengan kronologi waktunya. Ternyata hingga saat Epel tiba, pria tersebut masih beralibi tidak berada di tempat kejadian dan tidak mengaku melakukan tindakan kriminal.

Berkat informasi dan bukti-bukti yang disampaikan oleh Epel, akhirnya pria tersebut tidak mampu menghindar lagi.

Setelah meminta ijin dari pihak kepolisian, akhirnya Epel dapat bertemu dengan pria brewokan tersebut. Saat melihat kehadiran Epel, pria tersebut terlihat sangat ketakutan.

Pria brewokan : "Dimanakah kedua lelaki pengawalmu yang berbadan kekar dan memiliki pedang itu?"

Epel : "Saya tidak mengerti apa maksud kamu..."

Pria brewokan : "Semalam saat berjalan di jalan kecil, saya melihat kamu berjalan didampingi oleh dua orang lelaki, satu orang berada di samping kananmu dan seorang lagi berada di samping kirimu. Mereka menatapku dengan tajam, seolah-olah ingin memakan diriku. Dimanakah mereka sekarang?"

Epel merasa sangat heran mendengar penjelasan pria itu. Padahal dia yakin sekali, saat itu, dia hanya seorang diri berjalan dalam ketakutan.

Epel : "Jadi, itukah alasan kamu tidak mengganggu, mencelakai dan memperkosa diriku...?"

Pria brewokan : "Benar sekali... Jika saja, semalam kamu berjalan seorang diri, kamu pasti akan menjadi korbanku, bukan wanita malang itu..."

Epel merasa sangat terkejut mendengar kata-kata bernada bengis dari pria penjahat itu. Epel amat bersyukur kepada Tuhan, karena beliau masih memberinya perlindungan di kala dirinya sedang terancam bahaya.

Epel baru menyadari, sebuah bahaya sedang mengintai dirinya semalam. Namun berkat rangkaian doa yang dipanjatkan dengan penuh keikhlasan, maka tangan Tuhan segera merangkul pundaknya dan mengirimkan "dua orang lelaki kekar" untuk mengiringi langkahnya, melindungi dirinya dari ancaman mara bahaya.

"Terima kasih Tuhan. Engkau memang Maha Penyayang..."  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar