|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 01 Desember 2016

Kafe Bintang Purnama

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Zuki, seorang pengusaha muda, pemilik kafe yang menjual makanan dan minuman. Berbekal dari kegemarannya meramu dan memasak berbagai menu makanan dan minuman, Zuki memberanikan diri terjun ke usaha kuliner dengan membuka kafe sederhana yang diberi nama "KAFE BINTANG KEJORA"

Beberapa teman dan kerabat Zuki telah mencoba berbagai menu makanannya, memberikan pujian atas kelezatan makanan yang disediakan di kafe tersebut.

Sayangnya, walaupun makanan yang disajikan enak dan lezat, namun kafe tersebut masih sepi pengunjung. Sebulan telah berlalu, usaha kafe yang dirintis Zuki masih merugi karena sepi pengunjung.

Bulan berikutnya, Zuki mencoba beberapa upaya untuk memikat para pengunjung, dengan memberikan diskon, bonus dan berbagai tawaran paket yang terbilang murah dan menarik. Bukan itu saja, Zuki juga membesarkan papan nama kafenya dan memasang lampu warna-warni agar kelihatan menyolok.

Namun, sekali lagi upayanya menemui kegagalan. Kafenya masih tetap sepi.

Akhirnya, seorang kerabatnya menganjurkan agar Zuki pergi menemui seorang guru spiritual yang terkenal pintar dan bijaksana bernama Opung Toba.

Sesampainya di kediaman Opung Toba, Zuki menceritakan semua keluh kesahnya. Di akhir penuturannya, Zuki mengatakan bahwa dia berniat untuk menutup kafenya karena mungkin peruntungannya bukan di bisnis kuliner.

Opung Toba mendengarkan semua cerita Zuki dengan seksama. Beliau menggelengkan kepalanya, dahinya sedikit berkernyit seperti sedang memikirkan sesuatu.

Tidak berapa lama kemudian, Opung Toba mengembangkan senyumannya, lalu berkata : "Wahai anak muda, kamu jangan menyerah atau berputus asa. Masih ada jalan untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik..."

Zuki menatap tajam ke arah Opung Toba : "Maaf guru... Saya sudah mencoba berbagai cara, namun semuanya gagal. Apakah masih ada harapan buatku untuk meneruskan usaha ini...?"

Opung Toba : "Tentu saja... Sekarang coba kamu terapkan cara sederhana ini. Tidak memerlukan biaya yang besar. Gantilah nama kafe menjadi KAFE BINTANG PURNAMA dan buatlah lukisan sebuah bulan yang besar dengan warna yang menyolok di samping nama kafe. Setelah itu perintahkan juru masak untuk menebar aroma yang menggugah selera sepanjang waktu..."

Zuki merasa heran dengan nasehat Opung Toba : "Guru, mengapa nama kafe ini bintang purnama? Bukankah kata purnama lebih cocok untuk bulan, bukan bintang? Terus, yang membuat saya bingung, nama kafe ini bintang purnama, namun mengapa justru lukisannya adalah gambar sebuah bulan besar?"

Opung Toba tertawa mendengar alasan dari Zuki. Sambil menepuk pundak Zuki, beliau berkata : "Ikuti saja apa yang saya katakan. Jika saja upaya ini masih menemui kegagalan, maka saya persilakan kamu untuk mengganti profesi sebagai pemilik kafe..."

Zuki melihat keseriusan dan kalimat tegas dari Opung Toba. Namun tetap muncul keraguan atas nasehat yang super aneh dari pria tua yang berjanggut putih. Namun, tiada lagi alasan untuk tidak mencoba saran ini. Zuki benar-benar menuruti semua kemauan Opung Toba.

Sungguh mengagumkan, hanya berselang beberapa hari setelah nama kafe diubah menjadi "KAFE BINTANG PURNAMA" dan lukisan sebuah bulan yang indah di samping tulisan, kafe ini menjadi ramai oleh para pengunjung.

Rupanya penyebab dari membludaknya para tamu kafe karena mereka merasa heran dengan nama kedai yang aneh dan lukisan yang tidak sinkron dengan nama kedai.

Awalnya, orang-orang yang berlalu lalang di depan toko, ingin memberitahu kepada manajer kafe bahwa ada kekeliruan antara nama dan lukisan. Saat masuk ke dalam kafe, mereka mencium aroma makanan yang lezat yang sengaja disebar ke seantero ruangan oleh juru masak kafe. Mirip seperti tukang sate yang membakar minyak dan bumbu sate, hingga memunculkan aroma bau yang menggugah selera.

Para tamu yang sudah berada di dalam kafe, segera dilayani oleh pelayan kafe dan mempersilakan mereka untuk duduk sambil menceritakan apa yang menjadi keheranan mereka. Para pengunjung juga dimintai saran atau masukan untuk kemajuan usaha ini. Mereka diberikan secangkir teh hangat secara gratis.

Para tamu merasa dilayani dengan baik dan terhormat plus minuman teh gratis. Mereka mencoba-coba membuka lembaran buku berisi menu makanan yang terletak di atas meja dan akhirnya berniat memesan makanan. Apalagi disuguhi oleh aroma makanan yang membuat rasa ingin tahu semakin tinggi.

Demikianlah selanjutnya, kedai milik Zuki semakin hari semakin bertambah ramai. Semua ini berkat kejelian Opung Toba menciptakan "sesuatu" yang membuat orang menjadi penasaran.

Sobatku yang budiman...

Pada dasarnya, sebagian manusia itu adalah makhluk yang kepo, begitu bersemangat untuk mengomentari suatu keanehan atau kekeliruan yang diperbuat oleh orang lain. Senang bergosip, bercerita dan sharing (berbagi) kepada orang lain, hanya untuk memuaskan hasrat "kekepoannya".

Peluang ini, ternyata digunakan oleh Opung Toba untuk membantu usaha Zuki. Sungguh merupakan inspirasi tingkat tinggi dalam memanfaatkan kelemahan watak manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Orang yang cerdik adalah orang yang mampu membaca peluang dan membuat keuntungan dari peluang tersebut. Orang cerdik ini belum tentu pandai. Orang pandai justru banyak yang bekerja kepada orang-orang yang cerdik.

Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar